Banyak yang pesimis sama perfilman Indonesia, sampai nggak rela memalingkan muka buat menontonnya. Padahal zaman sekarang film Indonesia banyak yg keren, bahkan memenangi festival bergengsi di luar negeri.
Jangankan film nasional, industri di Hollywood dan Bollywood aja nggak semuanya sanggup bikin film yang keren. Jadi, jelek atau nggaknya penilaian kita terhadap sebuah film lebih kepada selera dan pilihan aja, sisanya karena unsur ‘apes’. Kalo memang selama ini menonton film Indonesia yang dinilai jelek, jangan-jangan karena pilihannya yang salah.
Sejauh ini sih saya pribadi bisa menakar dari 10 film Indonesia yang ditonton, cuma 4 aja yang jelek. Sisanya bukan cuma bagus, tapi bagus banget. Karena apa? Saya lebih memilih genre drama daripada horor, apalagi drama komedinya yang selalu berhasil bikin ngakak salto.
Ya, sekalipun saya pecinta genre horor, film horor Indonesia memang belum jadi prioritas karena temanya masih menjemukan: kalo nggak pocong, ya kuntilakan. Tapi belakangan ini sih sineas horor lokal udah lumayan berani main di sub-genre psychological, thriller, dan gore. Jadi nggak mulu mengeksploitasi penampakan hantu aja.
Jadi, sebelum menentukan film Indonesia apa yang mau ditonton, mendingan tanya-tanya dulu sama yang memang hobi nonton, di mana mereka menonton film sebagai kebutuhan bukan sekedar hiburan. Seenggaknya, baca-baca review dari blogger-blogger yang memang antusias sama film. Sebab, film yang penontonnya banyak bukan berarti film itu bagus. Di luar sana banyak film-film keren yang luput dari pemberitaan dan perhatian.
Kenapa membaca review atau bertanya jadi hal yang penting? Karena kalo berspekulasi, nantinya malah kecewa dan akhirnya menstigmakan film Indonesia jelek-jelek. Sama halnya ketika kita mau nonton film Hollywood yang harus selalu ngintip ratingnya di RottenTomatoes dan IMBD (sekalipun terkadang review nggak seirama sama selera), daripada nanti ketiduran di dalam bioskop atau nyap-nyap nggak jelas.
Yuk ah, jadikan film Indonesia sebagai pilihan. Kalo memang bukan yang utama, seenggaknya sesekali aja. Siap-siap aja jatuh cinta sama beberapa judulnya.
Saya sendiri mulai jatuh cinta sama film Indonesia sejak Daun di Atas Bantal diputar di bioskop, di tengah teparnya industri ini yang cuma diisi film-film ‘panas’ penggugah birahi. Sejak itu, saya mulai memilih film Indonesia sebagai alternatif hingga akhirnya pilihan penyeimbang dari film Hollywood dan film asing lainnya. Memang sih dari skala prioritas, dari 5 film yang ada, palingan saya cuma menonton 1 film Indonesia aja. Itupun yang benar-benar bagus dari review yang berseliweran di dunia maya.
Ngomong-ngomong soal film Indonesia, bisa dibilang tahun ini adalah tahunnya film nasional. Berdasarkan informasi yang saya kutip dari filmindonesia.or.id, setidaknya 5 film Indonesia terlaris memiliki jumlah penjualan tiket lebih dari 1 juta. Bahkan, film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part. 1 telah berhasil menjual hampir 7 juta tiket dan menjadikannya film terlaris sejak tahun 2008.
Dengan adanya postingan ini, saya berkomitmen akan melakukan review film nasional yang telah saya tonton. Rasanya sayang sekali selama ini saya cuma melakukan review di Facebook dan Path. Padahal sejak tahun 2014, ada lebih dari 10 judul film Indonesia yang saya tonton di bioskop dan terus bertambah setiap tahunnya. Semoga film Indonesia selalu berjaya dan jadi tuan rumah di negeri sendiri.
PS: foto di atas adalah poster dari salah satu film favorit gue sepanjang masa. Psychological thriller yang ceritanya belum pernah ada di film apapun…apapun!