Harbolnas 2016: Semarak Hari Belanja Nasional yang Lagi-lagi Dinodai Diskon Palsu

Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) bisa dibilang Cyber Monday atau Black Friday-nya orang Indonesia. Nggak heran, tanggal 12 Desember sebagai Harbolnas mulai jadi doktrin yang merasuk pengguna internet dan penggila belanja di Indonesia.

Katanya sih ada diskon sampai 90% di Harbolnas 2016, tapi...
Katanya sih ada diskon sampai 90% di Harbolnas 2016, tapi…

Saya sendiri sebenarnya baru aware ada yang namanya Harbolnas ketika perusahaan tempat saya bekerja bergabung sebagai partisipan tepatnya dua tahun lalu. Saya mau nggak mau juga harus terlibat dalam kepanitiaan di dalamnya, meskipun fungsinya agak dipaksakan oleh atasan.

Dari sejarahnya sendiri, Harbolnas pertama kali hadir di tahun 2012 dengan cuma diikuti sebanyak 7 e-commerce. Tahun berikutnya jumlahnya bertambah menjadi 22 e-commerce, melonjak lagi jadi 78 e-commerce di tahun 2014,  tahun 2015 diikuti lebih dari 130 lebih e-commerce, dan tahun ini katanya lebih dari 200-an e-commerce.

Sebenarnya sih, nggak semua e-commerce yang tergabung dalam gerakan Harbolnas benar-benar mengikuti semangat “belanja murah” yang digembar-gemborkan. Kebanyakan justru hanya memberikan diskon berkisar 10% dari harga normal. Kesannya sih asal tampil meramaikan saja, karena publisitasnya lumayan buat membangun brand awarness. Saya sendiri jadi tahu ternyata ada e-commerce khusus produk obat kuat, alat-alat berat, hingga penyedia kado, ya berkat Harbolnas ini.

Dari timeline social media yang beredar, banyak yang menuding diskon e-commerce peserta Harbolnas biasa saja, nggak ada yang istimewa. Memang sih, kalo dilihat dari visi dan misinya dari situs resmi Harbonlnas, nggak disebutkan kalo gerakan ini sebagai ajang belanja murah, melainkan perayaan untuk mendorong dan mengedukasi masyakarat mengenai kemudahan berbelanja online dengan aman dan nyaman.

Sayangnya, tepatnya sejak tahun lalu niatan mulai Harbolnas justru tercoreng ketika diramaikan oleh pemberitaan mengenai diskon palsu, misalnya Lazada yang mencantumkan harga popok bayi sebesar Rp 130 jutaan sebelum didiskon 100% jadi Rp 93.482. Tadinya saya berpikir itu harga popok yang pernah digunakan salah satu personil One Direction yang dijual buat penggemar fanatik yang kalap, ternyata bukan. Ini benar-benar popok seperti pampers yang beredar di pasaran.

Screen Shot 2015-12-14 at 1.39.15 AM

Kejadian ini terbilang ironis sih, secara Lazada adalah salah satu e-commerce yang setahu saya merupakan penggagas dari Harbolnas. Justru kasus diskon palsu itu membuat situs ini seperti merusak citra Harbolnas dan juga perusahaannya sendiri. Tapi, menurut pihak Lazada, kejadian ini bukan karena kenakalan penjual yang buka lapak di situsnya, bukan kesengajaan pihaknya.

Mengutip informasi dari Kompas.com,  Magnus Ekbom, CEO Lazada Indonesia, mengatakan, adanya kasus diskon palsu itu dikarenakan pihaknya kewalahan dengan banyaknya produk yang dihadirkan selama Harbolnas berlangsung. Nah, menurut saya seharusnya Lazada sudah bisa mengantisipasi kemungkinan aksi curang seller dengan mengetatkan quality control-nya, apalagi mereka sudah paham betul jika selama Harbolnas berlangsung tingkat penjualan barang yang dihadirkan melonjak tinggi. Parahnya lagi, kecurangan ini juga terjadi di beberapa situs e-commerce seperti Bukalapak dan MatahariMall.

Lebih parahnya lagi, seolah nggak mau berkaca dari masa lalu, diskon-diskon palsu yang kembali gentayangan di Harbolnas 2016. Yang paling santer diberitakan, apalagi kalo bukan Lazada?
Hal ini terlihat dari diskon 90% yang ditawarkan untuk produk Xiaomi Mi 4C yang dibanderol seharga Rp 1.649.000. Lho memangnya berapa sih harga asli smartphone ini? Padahal di pasaran masih sekitar Rp 2 jutaan, tapi Lazada dengan trik diskon palsunya membuat harga smartphone ini jadi Rp 15.789.000. Wow! Parah banget kan?

Contoh salah satu penampakan diskon palsu di Harbolnas 2016.
Contoh salah satu penampakan diskon palsu di Harbolnas 2016.

Tapi apakah dengan adanya kasus diskon palsu itu membuat saya takut berbelanja di Harbolnas? Tentu saja tidak. Karena saya terbiasa membanding-bandingkan harga dari salah satu e-commerce ke e-commerce lainnya untuk produk yang sama. Bukan cuma produk konsumer sih, tiket pesawat atau pemesanan hotel pun saya juga suka membandingkan.

Untuk tahun ini, harus saya akui item belanjanya tidak sebanyak tahun lalu. Maklum, tahun lalu saya terlibat sebagai panitia dan mendapatkan banyak voucher diskon tambahan belanja di beberapa situs e-commerce, jadi terjerumus sama godaan diskonnya lebih tinggi.

Khusus tahun ini saya cuma belanja produk kesehatan aja, seperti suplemen, vitamin, dan jamu-jamuan buat saya pribadi dan orang tua. Entah kenapa, saya merasa tahun ini justru diskon untuk produk-produk gadget dan eletronik terkesan kurang ‘wah’, dibandingkan tahun lalu. Misalnya aja, tahun lalu saya belanja produk water purifier Purit dari harga normal Rp 800 ribu yang dijual cuma Rp 500 ribu di Lazada. Kebetulan waktu itu memang saya udah sejak lama naksir produk ini, tapi belum sempat beli di Carrefour.

Meskipun diwarnai kasus diskon palsu lagi, sebagai pengguna internet yang tidak punya banyak waktu belanja di mal (malas sih tepatnya), Harbolnas memang jadi semacam perayaan tersendiri bagi saya. Memang saya bukan tipe orang yang suka membeli produk yang kurang dibutuhkan, tapi adanya event ini membuat saya bisa mendapatkan produk yang kebetulan saya inginkan dengan harga lebih murah.

Ya, semoga tahun depan bisa lebih oke diskon dan produknya. Dan…tentu saja jangan sampai ada lagi diskon palsu yang menyesatkan konsumen.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *