Berbagi Ilmu Bareng Emak-Emak Blogger di Workshop Sahabat Keluarga Kemdikbud

Seminggu yang lalu, Senin (9/12/2019), saya diberi kesempatan untuk tampil sebagai salah satu narasumber untuk hajatannya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) yang berlangsung di Hotel Renotel Olympic, Sentul City, Bogor. Tadinya saya menyangka peserta di workshop ini adalah emak-emak biasa, ternyata mereka luar biasa!

Ya, ketika seminggu sebelumnya dihubungi pihak Kemdikbud, saya hanya diberi tahu bahwa peserta workshop yang akan digelar adalah emak-emak blogger dan komunitas lain. Ketika mendengar kalimat “emak-emak blogger”, di benak saya adalah emak-emak yang sedang belajar nge-blog.

Ternyata, pas di hari H, emak-emak yang dimaksud adalah sekumpulan emak-emak super yang tergabung di Komunitas Emak-Emak Blogger (KEB), di samping Komunitas 1000kata, dan Komunitas Wedas Kelir. Tentu saja ada semacam kepanikan menjelang pemberian materi, karena komunitas ini sudah eksis sejak 2012 dan pastinya materi penulisan sudah menjadi “sarapan” mereka setiap hari.

Menjadi Sesi Curhat

Akhirnya saya memutuskan untuk mengubah konsep materi dari workshop menjadi sesi curhat alias berbagi pengalaman mengenai dunia menulis baik. Alhamdulillah, seri pertama ini berjalan seru karena saya mendapatkan banyak cerita dan masukan berarti dari para emak-emak blogger.

Misalnya saja, ketika saya menceritakan bagaimana blogger sempat menjadi “ancaman” para jurnalis karena adanya perlakuan berbeda yang diberikan kepada agensi atau produk yang mengundang di sebuah acara, ternyata “konflik” ini juga mereka rasakan. Namun, mereka justru menganggap blogger yang paling sering dipandang sebelah mata, karena narasumber atau pihak pengundang cenderung mengistimewakan jurnalis. Jadi, di sini saya melihat seperti ada kesalahpahaman karena masing-masing “kubu” merasa dibedakan.

Di sesi kedua, saya memberikan materi tentang nge-vlog. Saya akui, memang saya bukanlah seorang vlogger. Makanya di sesi ini saya lebih mengungkapkan tren konten video dari perspektif industri.

Soal nge-vlog, memang nggak bisa dilepaskan dari kegiatan media sosial saat ini. Konten video menjadi favorit dan tentunya mendatangkan peluang tersendiri bagi para content creator.

Dengan semakin baiknya infrastruktur internet 4G LTE yang merata, perangkat smartphone yang makin canggih, dan harga paket internet yang kian murah, tampaknya udah nggak ada alasan lagi untuk nggak bikin konten video. Bukan begitu?

The Power of Emak-emak

Oh iya, saya lupa menginformasikan bahwa sesuai namanya, yakni “Worskhop Peningkatan Kualitas Kontributor Laman Sahabat Keluarga”, acara yang berlangsung selama tiga hari ini memang lebih ditekankan pada evaluasi laman Sahabat Keluarga dari Kemdikbud. Nah, para peserta yang mengikuti workshop ini memang merupakan kontributor alias penulis dari konten-konten yang ada. Makanya, nggak salah kan saya bilang mereka bukan emak-emak biasa?

Saya pribadi sih yang merasa gerakan emak-emak seperti ini sangat keren. Kenapa? Karena saat ini di kalangan netizen, “the power of emak-emak” itu konotasinya jelek. Misalnya aja, emak-emak dianggap pengendara motor yang ugal-ugalan, di mana ketika menghidupkan lampu sen kiri, dia malah belok ke kanan.

Selain itu, emak-emak juga dikenal sebagai sosok yang paling gampang terpapar informasi hoax. Makanya, dengan adanya gerakan literasi digital yang dijalankan KEB, saya rasa bisa jadi sebuah wadah yang positif bagi emak-emak dalam meramaikan dunia maya.

Makanya, nggak heran workshop ini menjadi sesuatu yang berkesan bagi saya karena diikuti emak-emak keren seperti mereka. Semoga dengan adanya eksistensi mereka bisa mengubah persepsi netizen terhadap “the power of emak-emak”, karena emak-emak yang powerful adalah emak-emak yang tetap produktif memberikan hal positif bagi orang banyak selain mengabdi sebagai ibu rumah tangga bagi keluarganya. Super sekali bukan?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *