
Pemberitaan tewasnya 10 orang di konser band underground Beside di Braga, Bandung memang telah surut. Namun tampaknya efek dari pemberitaan tersebut yang cenderung menyalahkan attitude underground sebagai musik cadas tak bermoral terus mengusik saya.
Kebanyakan media tidak menyorot tewasnya korban dikarenakan kapasitas gedung yang mempersulit asupan oksigen melainkan karena ‘kebrutalan’ konser itu. Padahal, sudah dikonfirmasi oleh panitia maupun pihak kepolisian bahwa kejadian ini murni kecelakaan bukan hal yang dipicu oleh suasana di dalam pentas. Beberapa media terlalu mengekspos pembagian bir kepada para penonton konser, head banger, dan moshing sebagai tindakan tercela yang jamak di pentas underground.
Kalau memang dari sisi tercela, memang harus diakui pentas musik apapun rentan terhadap kerusuhan dan minuman keras. Jangankan underground, untuk musik pop mendayu-dayu sekelas Ungu dan Sheila on 7 aja pernah rusuh dan memakan korban. Belum lagi pentas dangdut di berbagai daerah yang kadang berakhir dengan tawuran antar kampung.
Saya yang sudah akrab dengan pentas underground sejak di bangku SMA tidak menutup mata memang ada semerbak alkohol di dunia ini. Tapi benarkah underground seburuk itu? Pendapat ini jelas salah. Dari pengalaman saya sendiri, sekalipun musik dipentaskan dalam level rock yang sangat cadas dan menyulut emosi agresif penontonnya, kebanyakan pentas berakhir tertib.
Kalau ada anggapan underground hanya mencetak anak muda berperilaku menyimpang, hal ini sangat salah besar. Justru dari dunia ini banyak tercetak beberapa pemikir, seniman, maupun pemimpin yang idealis dan menjunjung tinggi nilai kebenaran. Karena memang underground lahir karena adanya rasa ketidakpuasan terhadap sistem negara yang carut-marut dan dominasi budaya yang membodohi, seperti budaya palsu, pergaulan berasas materi, dan sinetron busuk.
Selama ini saya melihat, underground kerap dijadikan lahan pendidikan politik yang paling menyenangkan. Berkecimpung di dunia underground membuat kita semakin peka terhadap kehidupan sosial dan permasalahannya. Kita seolah terdoktrin untuk berontak terhadap kemunafikan dan kejahatan sistem. Musik dan lirik yang dipersembahkan bukan nihilisme yang ada di dunia clubbing. Musik underground memiliki sebuah nilai dan pesan moral yang sangat tegas.
Sebagai penikmat musik underground, apakah keseharian saya lekat dengan minuman keras dan narkoba? Hell No! Justru saya tampil tanpa rokok, narkoba, dan miras; sebuah nilai yang dianut oleh kebanyakan mereka yang menyebut dirinya bagian dari straight edge, meskipun saya bukan salah satunya. Dan nilai ini lahir dari komunitas underground.
Jadi, jangan takut jika saudara, kakak, adik, atau teman kita adalah penikmat underground. Cukup pastikan dia akan tumbuh dan berbeda dengan rekan di lingkungannya namun tetap di jalur yang positif dan berarti. Saya sendiri udah mendapatkan manfaatnya, seharusnya orang lain juga bisa.