Final Destination Bloodlines memang mengobati kerinduan para penggemar film Final Destination. Tapi apakah memang sebagus itu sampai disebut-sebut sebagai film terbaik dari seluruh franchise?
Jujur saja, sebagai salah satu penggemar, saya sangat antusias begitu sekuel Final Destination akan diproduksi lagi. Bayangkan saja, setelah 14 tahun pasca Final Destination 5, tentu saja sekuel terbarunya bisa mengobati kerinduan terhadap sensasi traumatik yang dihadirkan film ini.
Sejak menonton film ini 25 tahun silam, saya masih merasakan gimana traumanya naik pesawat terbang. Bahkan selesai nonton film itu di bioskop Roxy Mas 21, saya ketakutan naik Kopaja buat pulang ke rumah. Jika biasanya saya takut Kopaja itu dibajak penjahat (dulu sering terjadi), kali ini saya takut kecelakaan. Setrauma itu …
Apakah saya kapok? Tentu saja nggak. Semua franchise Final Destination pasti saya tonton, bahkan ada yang berkali-kali. Lalu apakah Final Destination Bloodlines juga layak ditonton berkali-kali?
Sebenarnya plot Bloodlines nggak jauh-jauh dari film-film sebelumnya. Tradisinya tetap adegan dimulai dari tokoh protagonis utama yang dapat penglihatan mengenai musibah fatal yang akan terjadi. Setelah selamat dari musibah tersebut, dia dan orang-orang yang berhasil diselamatkan satu-satu per satu mengalami kematian yang tragis, karena dianggap mengecoh skenario kematian yang membuatnya lolos dari musibah.
Meskipun formulanya terus berulang dari satu film ke film-film berikutnya, tetap saja Final Destination sangat menarik untuk ditonton, begitu pula Bloodlines. Sayangnya, jika dibandingkan film pendahulunya, film ini tampak kurang realistis dan bisa related ke semua orang, kecuali Reino Barack yang konon tinggal di penthouse Keraton The Plaza yang tinggi itu. Apalagi gedung pencakar langit Sky View terlalu futuristik untuk di tahun 1968, bahkan untuk zaman now.
Kalau di film-film sebelumnya yang membuka adegan dengan kecelakaan pesawat terbang, jalan tol, roller coaster, sirkuit balap, dan jembatan, apa yang disajikan Bloodlines terasa kurang traumatik. Saya masih sangsi apakah sehabis nonton film ini orang-orang akan takut naik gedung tinggi?
Berbeda dengan Final Destination 3 yang memberikan dampak trauma, sehingga wahana yang biasanya bikin antrian panjang di Dufan seperti Halilintar, tampak sepi. Kebetulan ketika hype film ini, saya pergi ke Dufan dan bisa bolak-balik naik wahana tersebut tanpa antri.
Begitu juga truk pembawa kayu di Final Destination 2 yang membuat trauma orang-orang yang kebetulan melihat kendaraan tersebut di jalan tol. Beberapa meme mengenai adegan ini juga cukup marak di media sosial.
https://www.instagram.com/screengeekofficial/p/C46VDJBrtsk/
Meskipun adegan pembukanya kurang memuaskan, saya berhasil dibuat cemas hingga akhir. Dibandingkan film Final Destination yang lain, Bloodlines menawarkan beberapa twist yang cukup mengecoh dan mengejutkan. Terutama adegan makan barbeque bersama yang bikin ketar-ketir sepanjang durasi.
Untuk adegan-adegan kematiannya, menurut saya lagi-lagi kurang menyeramkan dibanding film pendahulunya. Formula mempertontonkan adegan kematian yang tragis untuk seri ini tampaknya mulai di titik jenuh, jadi terbilang kurang memorable.
Makanya, saya agak sedikit heran, kenapa film ini dikasih rating begitu besar di Rotten Tomatoes. Bahkan melampaui film pertamanya.
Sangat jarang terjadi, terutama film horor, sebuah sekuel dapat skor lebih tinggi dibandingkan film pertamanya. Biasanya, sekuel selalu dapat rating buruk dibandingkan pendahulunya.
Apa pun itu, tampaknya film ini terhubung dengan seluruh kematian yang ada di franchise Final Destination. Bisa jadi, nenek moyang karakter di seluruh franchise adalah mereka yang berhasil selamat dari musibah di Sky View berkat penglihatan Iris Campbell (Brec Bassinger) yang merupakan nenek dari Stefani (Kaitlyn Santa Juana), Erik (Richard Harmon), Charlie (Teo Briones), Bobby (Owen Patrick Joyner), dan Julia (Anna Lore).
Pertanda Kembalinya Kimberly Corman di Final Destination Selanjutnya
Seperti franchise Final Destination, kecuali Devon Sawa, nama-nama cast di Bloodlines terbilang nama-nama yang kurang ngetop. Kecuali Tony Tood yang karakternya selalu muncul di semua film, di mana merupakan aktor legend pemeran Candy Man.
Sayangnya, film ini merupakan film terakhir Tony, sebelum wafat November 2024. Bahkan, kabarnya dia tetap memaksa untuk berperan sebagai JB untuk terakhir kalinya, sekalipun kondisinya sudah tidak memungkinkan.
Apakah nantinya nama-nama cast tersebut akan sengetop Ali Larter (Final Destination), AJ Cook (Final Destination 2), dan Mary Elizabeth Winstead (Final Destination 3)? Pasalnya, setelah film ketiganya, aktor pemeran film berikutnya tampak tidak terlalu bersinar kariernya, dibandingkan dengan tiga nama di atas.
Nah, menariknya, mungkin agak sedikit membingungkan juga. JB mengungkapkan bahwa survivor satu-satunya yang berhasil selamat dari Maut adalah Kimberly Corman dari film kedua. Pernyataan ini tentu membingungkan, karena di ending film ketiga, ada selembar halaman koran yang memberitakan bahwa dia juga meninggal karena mengalami kecelakaan.
Setelah saya telusuri, kabarnya kematian itu tidak resmi. Jadi sewaktu-waktu karakter Kimberly Corman akan tetap hidup dan bakal hadir di film Final Destination berikutnya.
Ya, namanya juga Hollywood. Pastinya punya berbagai cara bagaimana franchise ini tetap menarik, apalagi kalau masih potensial buat mengeruk keuntungan.
Sebisa mungkin cerita diutak-atik, bahkan menghadirkan karakter ikonik di franchise terbaru, seperti di film-film horor macam Jamie Lee Curtis (Laurie Strode di trilogi Halloween-nya David Green, Ellen Burstyn (Chris MacNeil) di The Exorcist: Believer, hingga Jennifer Love Hewitt di film terbaru I Know What You Did Last Summer yang bakal dirilis tahun ini. Semua demi apa? Demi cuan pastinya.
Pastinya saya juga berharap karakter Kimberly dihadirkan di Final Destination selanjutnya. Apalagi, saya telanjur percaya kalau dia selamat dari Maut, sampai akhirnya nonton berkali-kali Final Destination 3 yang ending-nya ada koran yang memberitakan kematiannya.
Nasib Kimberly memang ada di tangan produser. Tapi, saya yakin sih, ada dan tiada dia, Final Destination pasti akan selalu ada sekuelnya. There’s always a never-ending sequel for horror movies!