Sejak muncul di film Inception, nama Tom Hardy langsung melambung tinggi di Hollywood. Saya sendiri sudah menempatkan aktor asal Inggris ini sebagai aktor yang filmnya wajib ditonton karena memang tidak mengecewakan. Nah, bagaimana film terbarunya ini?
Jujur aja, saya menonton film Legend tanpa membaca referensi atau resensinya. Bahkan untuk ratingnya sendiri saya tidak intip di RottenTomatoes atau IMDB. Ini di luar kebiasaan saya sebelum menonton film. Kenapa? Karena saya terlalu pede kalo film Tom Hardy bakal bagus.
Begitu ditonton, eh benar aja lho, ternyata Legend ini filmnya kece banget. Hanya aja, sepanjang durasi 2 jam lebih, saya sih melihat ada beberapa penonton menguap karena ngantuk dan ada pula malah yang benar-benar tertidur.
Saya yakin mereka yang mengantuk dan tertidur di tengah film karena merasa terjebak gambar posternya. Sekilas memang gambarnya lebih mirip poster film action atau spionase a la Mission Impossible atau franchise James Bond. Padahal, film ini tidak ada adegan tembak-tembakan atau ledakan yang seru.
Apakah ini berarti jelek? Sebagai penggemar film-film kelas festival, saya berani Legend termasuk film yang bagus, meskipun nggak bagus-bagus banget. Tapi buat yang suka sama drama kelam kehidupan gangster atau mafia pasti bakaln suka sama film ini.
Plot
Legend menceritakan tentang sepak terjang saudara kembar identik Reggie dan Ronnie Kray yang merupakan gangster paling disegani dalam sejarah Inggris di tahun 1960-an. Meskipun sama-sama berprofesi sebagai penjahat, ternyata Reggie dan Ronnie memiliki dua kepribadian yang bertolak belakang. Reggie terbilang karismatik dan perfeksionis, sementara Ronnie yang merupakan pengidap schizoprenia alias gangguan jiwa lebih kejam dan sesumbar. Sumpah demi apa, pasti penonton bakalan merasa gregetan sama kelakuan si Ronnie ini.
Dengan karismanya, Reggie menjadi sosok yang ditakuti sekaligus dicintai orang-orang di sekitarnya. Jadi nggak heran kalo Frances Shea, gadis setempat, langsung jatuh hati dan meminta untuk diajak kencan. Hubungan ini sendiri sebenarnya dilarang oleh sang ibu karena setiap gadis yang diajak kencan Reggie selalu dianggap sebagai pelacur oleh penduduk sekitar. Tapi larangan itu dianggap angin lalu oleh Frances. Ya, namanya juga cinta buta, mafia langsung dianggap seperti ustadz atau pendeta.
Di tengah hubungan asmaranya yang makin bersinar dan daerah kekuasaan yang semakin merambah kawasan London, Ronnie malah mengacau. Dia sering melakukan pesta seks, memamerkan penyimpangan seksualnya, dan gegabah dalam memimpin kekuasaan. Perkelahian pun tak terelakkan, keduanya terlibat perang dingin. Hanya saja, sebagai saudara, Reggie tak kuasa untuk membunuh Ronnie sebesar apapun kekecewaannya.
Konflik makin menggila ketika Frances meminta Ronnie untuk berhenti dari dunia mafia. Seperti kumbang yang sudah puas menghisap madunya, Ronnie malah berbalik melawan Frances dan memukulinya hingga babak-belur. Sementara mimpi buruk Frances terus berjalan, kekuasaan si kembar Kray bersaudara justru semakin meluas. Dengan kekuasaan yang semakin besar, masalah yang datang pun juga semakin besar. Di sini keduanya menghadapi kehancuran besar-besaran yang menjerumuskannya ke dalam penjara.
Cast
Sekalipun Legend tidak menawarkan sesuatu yang ‘wah’ di sektor cerita, akting Tom Hardy menjadi satu-satunya yang mungkin paling bisa dinikmati. Bayangkan aja, dia memerankan dua tokoh sekaligus dengan karakter yang berbeda. Bahkan bahasa tubuh dan gaya bicaranya berbeda, di mana si Reggie lebih karismatik dan sopan, sementara Ronnie selalu memasang wajah bengis namun flamboyan sebagai identitas gay pada masanya.
Akting keren Tom sudah pasti jadi batu sandungan buat Johnny Depp yang memerankan karakter serupa di film Black Mass yang disebut-sebut menjadi peluang terbesarnya di bursa Oscar buat kategori aktor terbaik. Peluang Emily Browning yang charming sebagai Frances di bursa aktris terbaik juga kayaknya lumayan besar. Setelah film ini tampaknya karir Emily akan semakin bersinar, mirip-mirip karir Amy Adams dan Emily Blunt.
Verdict
Overall, film yang disutradarai Brian Helgeland ini memang lebih mirip showcase akting si Tom Hardy, dibandingkan biopik yg mengesankan dari sisi alur cerita. Sepanjang durasi saya hampir selalu geleng-geleng kepala karena terbius kejeniusan akting si Tom. Dari sisi penyutradaraan juga, Brian terbilang cukup detil menggambarkan kehidupan gangster tanpa harus mengumbar aksi laga yang berlebihan. Kemungkinkan besar, penulis skenario terbaik (L.A Confidential) versi Academy Awards di tahun 1998 ini akan masuk nominasi untuk sutradara terbaik di ajang yang sama.
Udh riliskah