Sekalipun gagal menggondol piala Oscar sebagai Best Motion Picture, The Revenant tampaknya akan menjadi film yang paling banyak dibicarakan sepanjang tahun ini. Nggak cuma menjanjikan plot yang bikin gregetan tetapi juga akting Leonardo Dicaprio yang top abis.
Buat pecinta film, pemutaran film The Revenant di Indonesia di akhir Januari lalu tentu aja jadi sesuatu yang ditunggu. Hype di luar sana, film ini dijagokan untuk bersaing di ajang Acedemy Award. Saya sendiri sempat nonton berita malam di sebuah stasiun TV yang mengklaim Leonardo Dicaprio bakal jadi aktor pemeran utama terbaik di ajang tersebut.
Ternyata memang klaim tersebut tidak meleset. Untuk 10 durasi pertama saja, penonton disuguhkan sinematografi yang keren dan juga adegan yang menegangkan. Dalam rentang waktu itu, mata saya dibuat hampir tak berkedip karena penyajian adegan sadisnya begitu nyata tapi tidak murahan, di mana serbuan panah suku Indian yang menghujam tubuh para pemburu yang berkulit putih mampu membuat bulu kuduk berdiri.
Dari sisi artistik, setting tahun 1820-an dalam film ini betul-betul tergambar nyaris sempurna. Oke, saya memang tidak pernah hidup di zaman itu. Tapi referensi saya berdasarkan kostum, peralatan, senjata, dan properti yang ditampilkan sepertinya cukup jadi alasan klaim saya tersebut. Di film ini, hampir tidak ada pemeran cowok yang ganteng dan cewek yang cantik. Semua ditampilkan lusuh, berwajah kotor, dan kusam yang mungkin jadi sesuatu yang biasa pada zamannya.
Berperan sebagai Hugh Glass, Leonardo Dicaprio pun tampil tidak seganteng film-film dia sebelumnya. Di sini, dia tampil berewokan, lusuh, dan sedikit gemuk. Ya memang nggak seekstrem penampilan Johnny Depp di film-film semacam Pirates of Caribean dan Alice in Wonderland sih, tapi di sini lebih menggambarkan penampilan para pemburu di dua abad silam yang sewajarnya.
PLOT
Cerita dimulai ketika Glass dan teman-temannya yang merupakan pemburu hewan diserang oleh sekelompok suku Indian yang berusaha mencuri bulu hewan yang telah terkumpul. Pada masa itu, bulu hewan dianggap barang yang sangat berharga, tak heran jika perampokan seperti ini bisa terjadi.
Tapi, kelompok Indian yang merampok itu pun sebenarnya bukan karena ingin hidup kaya, melainkan ingin menukar bulu hewan itu dengan beberapa ekor kuda dari sekelompok tentara Perancis. Nantinya, kuda itu digunakan untuk mencari anak dari ketua suku tersebut yang menghilang karena diculik.
Karena lawan yang tidak seimbang, Glass dan teman-temannya memilih untuk melarikan diri dengan sebuah perahu. Di sinilah konflik sebenarnya dimulai, di mana dalam pelarian tersebut, Glass tiba-tiba diserang seekor beruang yang mengakibatkan dirinya terluka parah.
Di tengah kesusahan itu, cuma John Fitgerald yang diperankan apik oleh Tom Hardy, menganggap Glass menjadi penghambat mereka dalam menuju perjalanan pulang. Namun, karena sang kapten kelompok tersebut bersedia membayar siapa saja yang akan merawat dan memandu Glass di perjalanan tersebut, akhirnya John mengiyakan penawaran tersebut ditemani Bridger si pemburu amatir dan Hawk, anak Glass yang merupakan hasil pernikahannya dengan cewek suku Indian.
::SPOILER ALERT…jangan teruskan kalo nggak mau kena ‘bocoran’ ceritanya::
Sebenarnya John merasa setengah hati untuk menjaga Glass, tapi karena uang yang ditawarkan sang kapten sangat menggiurkan, mau tidak mau dia mengiyakan. Pada akhirnya, dia benar-benar membuat Glass mati dengan menguburnya hidup-hidup dan meninggalkannya begitu saja.
Rupanya, Glass tidak benar-benar mati. Dia justru perlahan-lahan pulih dan berencana membalas dendam atas perlakukan yang dia terima. Kekejaman alam yang dilanda badai salju rupanya tidak menyurutkan keinginannya untuk bertahan hidup dan membalas dendam.
CAST
Menurut saya, dalam film ini akting Leonardo tidak sebaik ketika dia berperan di dalam film The Aviator, bahkan Blood Diamond. Hanya saja, penggemblengan mental dia selama berakting di film ini benar-benar diancungi jempol. Penonton seolah-olah dibuat merasakan penderitaan Glass yang bertahan hidup, mulai dari merangkak di atas tanah, berendam di air es, hingga tidur dalam isi perut bangkai kuda.
The Revenant sendiri sebenarnya sungguh film yang sangat keras, di mana adegan-adegan perkelahian dan pembunuhan terlihat realistis meskipun tidak seperti film horor bernuansa gore. Alejandro Inarritu sepertinya berhasil menggambarkan sebuah ironi dari penggambaran alam yang indah tapi penuh kekerasan yang berdarah-darah. Sepertinya dia ingin memberikan gambaran ternyata manusia lebih binatang dari binatang karena menjadikan perkara membunuh adalah hal yang biasa demi kekuasaan.
VERDICT
Spekulasi mengenai film ini memang pada akhirnya tidak meleset. Leonardo Dicaprio memenangkan gelar Best Performance by an Actor in a Leading Role berkat aktingnya sebagai Hugh Glass, Alejandro Inarritu sebagai Best Achievment in Directing, dan Emmanuel Lubezki di gelar Best Achievement in Cinematography. Jadi bisa disimpulkan, ini memang film yang wajib banget ditonton. Akting keren, cerita tidak terlalu berat, dan pengambilan gambarnya keren!
SKOR: 9/10