
Kecantikan adalah sebuah anugerah. Semua tahu itu. Meskipun setiap manusia dilahirkan dengan rupa yang sempurna, tidak semua merasa dirinya cantik. Ini dikarenakan definisi cantik selalu mengikuti ukuran jaman sesuai propaganda penggerak tren. Istilah ‘hitam manis’ pun sekarang menjadi terminologi yang dianggap basi. Begitupun cewek dengan tubuh padat berisi yang diistilahkan sekel cemekel, sekarang sudah tidak dianggap seksi.
Cewek bertulang pipi tinggi dan tirus, kulit putih mulus, dan tubuh kutilang (kurus, tinggi, langsing), merupakan representasi definisi kecantikan jaman sekarang. Dari sisi kaum adam, definisi kecantikan yang berubah-ubah ini tentunya juga mampu mengubah selera fantasi seksualnya. Maklum saja, setiap hari kita selalu dicekoki iklan-iklan atau gambar-gambar sosok perempuan dengan kriteria di atas yang digambarkan cantik.
Sodoran-sodoran seperti itu tentunya seolah mencuci otak laki-laki. Si cewek pun juga tidak mau kalah, mereka melakukan berbagai pergelutan demi mengejar image cantik seperti itu. Mulai dari ikut kelas kecantikan, senam, sampai yang paling ekstrim adalah pemanfaatan zat kimia berbahaya. Beauty is a pain, huh?
Lalu begitu menjadi ‘cantik’ apa hidup semakin baik? Belum tentu. Justru banyak fakta menceritakan kecantikan fisik malah menjerumuskan seseorang ke dunia yang lebih kelam di mana kisah nyata kali ini datang dari teman kursus saya. Dia merasa miris ketika membesuk mantan pacarnya-sebut saja namanya Mawar-yang dalam kondisi gawat di rumah sakit akibat pendarahan setelah aborsi. Hah? Kacau kan? Tunggu, belum kelar nih ceritanya.
Si Mawar, menurut teman saya, ketika SMP adalah seorang loser. Pecundang, dengan kulitnya yang hitam, rambutnya kusam, dan badannya gendut. Hampir setiap hari, dia selalu jadi bahan bully-an teman sekolahnya. Julukannya pun macam-macam, dari Mak Lampir, Gajah Item, sampai Gentong Dapur.
Sepuluh tahun kemudian, tepatnya tahun 2003, dalam suatu acara reuni si Mawar hadir dengan tampilan yang beda: badannya kurus yang berefek tubuhnya terlihat semampai, rambutnya pirang lurus sebahu, kacamata tebalnya berganti lensa kotak berwarna coklat madu, dan kulitnya putih mulus. Di wajahnya hampir tidak ditemui setitik noda pun. Saking mulusnya, teman saya mengandaikan, lalat bakal terpeleset jika mampir ke kulitnya.
Saya sudah lihat fotonya, memang si Mawar cantik banget. Sayangnya, teman saya tidak menunjukkan foto dia ketika SMP, jadi saya kurang terperangah dengan cerita metamorfosisnya itu. Tampang dia yang sekarang sih agak mirip-mirip Marshanda gitu lah, cuma tatapan yang sedikit nakal dan sensual.
Dari acara reunian itu, akhirnya teman saya jadian sama si Mawar. Satu bulan pertama, episode percintaan berjalan lancar. Tapi, begitu memasuki bulan kedua, mulai deh, percintaan kayak sinetron kejar tayang, makin kacau. Si Mawar mulai kelihatan belangnya: cewek matre. Ini disadari betul oleh teman saya yang mengaku tabungannya terkuras buat menutupi kebutuhan ceweknya itu. Menginjak bulan ketiga, putuslah hubungan keduanya. Ini juga karena si Mawar ketangkap basah sedang kencan sama cowok bule. *Makin kayak sinetron beneran rupanya*
Beauty is A Curse?
Seputusnya hubungan tersebut, bukan berarti teman saya tidak mendengar kabar mengenai si Mawar. Menurutnya, setiap hari selalu ada saja berita terbaru tentang cewek ini dari teman-temannya. Mulai dari gosip tentang dia yang selalu berpetualangan di klub-klub malam, isu alkoholik, pemadat, hingga simpanan pejabat. Wah, ‘keren’ juga yah si Mawar ini?
Lucunya, teman saya malah pernah melihat Mawar di sebuah adegan layar kaca. Bukan sinetron. Tapi acara berita kriminal yang melaporkan penggerebekan diskotek-diskotek oleh aparat kepolisian. Apesnya, si Mawar termasuk dalam jajaran pengguna narkoba setelah diperiksa mata dan air pipisnya.
Berita terakhir yang datang ke teman saya justru lebih memperihatinkan lagi. Mawar sedang dalam kondisi gawat di rumah sakit akibat pendarahan. Ternyata oh ternyata, dia termasuk cewek yang doyan aborsi. Terakhir, aborsinya malah berakibat fatal. Parahnya lagi, berdasarkan gosip yang mampir, ongkos aborsi yang dipakai dia, didapatkan dari hasil jualan narkoba.
Meskipun saya tidak pernah mengenal Mawar secara personal, saya bolehlah dibilang sama mirisnya dengan perasaan teman saya begitu mendengar kabar itu. Ternyata, perubahan fisik yang diperoleh dengan jerih payah malah mengantarkan dia ke lembah dosa. Padahal, andai saja dia bijaksana memanfaatkan pesonanya itu, mungkin dia sekarang sudah bahagia hidup bersama teman saya atau mungkin orang lain yang respek kepada dia tidak hanya karena fisiknya saja, tetapi juga kelakuannya.
Jadi, yang merasa cewek, manfaatkan kecantikan untuk dapat kasih dan respek, bukan sekedar objek seksual lawan jenisnya. Tapi, petuah ini berlaku juga buat cowok-cowok yang merasa kegantengan dan merasa dengan fisiknya bisa mendapatkan banyak kemenangan dan kesenangan.
*Disadur dari blog Planetmiring.com (8/3/2009)