Ini tampaknya jadi fenomena masyarakat kelas menengah di Jakarta atau mungkin kota-kota besar lainnya di Indonesia. Mobil jadi simbol kesuksesan dan keberhasilan, juga gengsi di lingkungan sosialnya. Tapi sayangnya, nggak semua sadar semua itu harus dibayar dengan pengorbanan yang nggak sedikit.
Contoh aja, karakter pada komik Mice Cartoon di atas. Karena tergiur dengan DP mobil yang cuma belasan juta rupiah, orang langsung mendadak lupa dengan besaran cicilan dan tenornya. Dianggapnya kapan lagi punya mobil bagus dengan harga belasan juta? Padahal, jika dijumlahkan dengan total cicilan beserta bunganya, harga mobil itu jauh-jauh-jauh lebih mahal.
Inilah yang saya suka dari komik Mice, selalu menggambarkan kondisi nyata yang terjadi di masyarakat kita. Termasuk urusan cicilan mobil ini. Yang korbannya mungkin nggak sedikit.
Ketika bekerja di sebuah agensi, ada bawahan saya yang berhasil naik jabatan yang membuat gajinya otomatis bertambah sekitar Rp 2 juta dari gaji awal. Dengan kenaikan gaji dan posisi, dia langsung tergiur meningkatkan standar hidupnya. Dia mulai berpikir sudah saatnya ke kantor naik mobil pribadi, bukan motor Suzuki Tornado-nya yang sudah dianggap jadul.
Sebelumnya saya sempat mengingatkan, supaya dia berpikir masak-masak tentang keputusan mengambil cicilan mobil. Bukan apa-apa, karena dengan gaji bersih sekitar Rp 6 juta, menurut saya masih terlalu riskan untuk mencicil mobil baru. Apalagi dia terbilang anak rantau yang punya beban bayar kos bulanan.
Tapi apa daya, omongan saya nggak dia dengarkan. Alhasil, sebulan kemudian mobil Honda Jazz tipe R langsung dibawa ke kantor. Katanya sih DP cuma Rp 20 juta dengan cicilan Rp 3,4 juta tenor 3 tahun. Coba bayangkan, gaji dia cuma Rp 6 juta tapi maksa nyicil mobil sebesar itu?
“Lumayan, DP dapat talangan 10 juta dari nyokap,” katanya enteng.
Jujur aja, saya sebagai atasan dia aja masih anteng-anteng aja naik motor Mio, eh sementara dia malah nekat nyicil mobil. Ya, memang nggak ada salahnya juga sih. Mungkin tekanan gengsi di lingkungan sosialnya memang tinggi. Maklum, tiap hari keluar-masuk mal nongkrong haha-hehe sama teman-temannya, kan malu juga kalo cuma naik motor.
Pada akhirnya, bencana itu datang. Sekitar 7 bulan kemudian, dia tiba-tiba datang ke saya. Mau pinjam uang sekitar Rp 2 juta. Karena saya kebetulan lagi ada kebutuhan lain, jadi saya nggak penuhi pinjaman dia. Apalagi setelah saya diinformasikan pihak finance di kantor, dia telah pinjam uang 3 juta satu bulan sebelumnya.
Karena saya yakin ada yang nggak beres, saya panggil dia. Saya sih sebenarnya udah sangat yakin, masalah keuangan dia karena si Anjaz (begitu dia memanggil nama mobilnya).
“Iya, Mas. Bingung gue. Ternyata berat juga ya. Gue makan udah ngirit banget nih . Elo beneran gak bisa bantu ya? Bulan ini aja,” katanya sambil memohon.
“Terus bulan depan gimana? Elo pinjem ke siapa lagi? Bulan kemarin elo pinjam dari kantor kan?”
Dia kayaknya kaget banget denger pertanyaan gue itu. Dari ekspresinya sih kelihatan banget dia sedikit malu.
“Udahlah, mendingan elo over credit atau gimana gitu. Mumpung belum setahun. Daripada elo kayak gini terus, gali lubang tambal lubang. Nggak masalah kan kalo elo sekarang ngantor naek motor lagi?”
Sayangnya, masukan dari saya nggak dia dengar. Dia malah milih resign karena dianggapnya gaji yang diterima di kantor nggak cukup buat bayar cicilan kredit mobilnya.
Beberapa bulan kemudian, pas saya lagi naik busway nggak sengaja ketemu dia. Mukanya sedikit lebih segar dan tampak lebih ceria.
“Wah, seneng banget nih muka elo. Happy ya di tempat baru? Gimana gajinya? Pasti lebih gede kan?”
“Nggak juga, Mas. Beda tipislah. Ya, beban gue sekarang udah kurang. Gue udah nggak naik mobil lagi. Si Anjazz ditarik sama debt collector, gara-gara nunggak 2 bulan lebih,” jawab dia tanpa ada rasa sesal sedikit pun.
Rupanya dia sadar betul, gaji yang didapatkan tiap bulan nggak sanggup menutupi gaya hidupnya. Padahal kalo aja dia hidup biasa-biasa aja, seperti sebelum naik gaji, mungkin dia akan punya banyak tabungan. Tapi dia milih terjerat godaan gengsi.
Jadi, buat yang mau nyicil mobil pertimbangkan lagi deh. Jangan tergiur sama DP super ringan yang bikin nggak sadar kalo sebenarnya harga mobil akan jauh lebih mahal. Apalagi sekarang udah ada dealer yang berani buka DP di bawah Rp 10 juta dengan tenor lebih dari 5 tahun.
Para ahli finansial bilang, sebaiknya jumlah kewajiban hutang itu nggak boleh lebih dari 20% jumlah gaji yang diterima tiap bulan. Jadi, misalnya punya gaji Rp 10 juta, sebaiknya kewajiban hutang yang harus dibayar nggak lebih dari Rp 2 juta. Karena gaji yang diterima itu kan pengeluaran bukan cuma buat bayar hutang, tapi juga ada uang belanja makan, hiburan, dan lain-lain.
Begitu pula buat yang baru naik gaji atau jabatan. Jangan pernah mengubah gaya hidup biar gajinya nggak dirasa kurang. Dengan gaya hidup yang sama seperti sebelum naik gaji, justru uang kita akan terus bertambah karena ada selisih kelebihan yang bisa ditabung.